logo

Written by Afwan Arsyad, A.Md. on . Hits: 3341

1g

Drs. ALIMUDDIN M

KEJUJURAN DAN IMPLIKASINYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Oleh : Drs. Alimuddin M.

Seorang pernah bertanya kepada Nabi Muhamad Saw: “Ya Rasulullah, terangkan kepadaku apa yang paling berat dan apa yang paling ringan dalam beragama Islam?” Nabi saw menjawab : “Yang paling ringan dalam beragama Islam adalah membaca syahadat atau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul Allah.  Sedang yang paling berat adalah hidup jujur.  Sesungguhnya, tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur; bahkan tidak ada solat dan tidak ada zakat bagi mereka yang tidak jujur” (HR.Ahmad Bazzar).

Kalau seseorang itu beriman , mestinya ia jujur.  Kalau tidak jujur, berarti ia tidak beriman.  Orang yang rajin solat, mestinya juga jujur.  Kalau tidak jujur, berarti sia-sialah solatnya.  Orang yang terbiasa menunaikan zakat, mestinya juga jujur, kalau tidak jujur, berarti zakatnya tidak memberi  dampak positif bagi dirinya.  Sahabat Rasulullah Anas ra berkata:  “Dalam hampir setiap khutbahnya, Nabi Muhamad Saw selalu berpesan tentang kejujuran.  Beliau saw bersabda:  Tidak ada iman bagi orang yang tidak jujur. Tidak ada agama bagi orang yang tidak konsisten memenuhi janji”.  Sahabat Abu Hurairah ra berkata:  “Rasulullah saw pernah bersabda:  Ciri orang munafiq itu ada tiga, yaitu bila bicara dusta, bila berjanji, janjinya palsu,  dan berkhianat jika ia mendapat amanah”. (HR.Bukhari).  Abdullah bin Usman berkata:  “Rasulullah saw bersabda:  Ada empat sikap yang kalau ada pada diri seseorang, maka yang bersangkutan adalah munafiq tulen, yaitu: kalau dapat amanah ia berkhianat;  kalau berkata selalu bohong;   kalau berjanji, janjinya palsu;  kalau berbisnis, ia licik”. (HR.Bukhari-Muslim).

Orang jujur itu disayangi oleh Allah, sedang orang yang tidak jujur itu dimurkai oleh-Nya.  Kejujuran merupakan salah satu sifat utama para Nabi/Rasul, merupakan salah satu akhlak penting bagi orang-orang yang soleh.  Kejujuran adalah kunci keberkahan.  Kalau kejujuran sudah hilang di tengah-tengah masyarakat , keberkahannya pun akan hilang.  Dan apabila keberkahan sudah hilang, kehidupan akan menjadi kering, hampa tanpa makna.  Kehidupan diwarnai dengan kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, kecemasan dan kekecewaan.

Nabi Muhamad saw sebelum menjadi Nabi/Rasul  memiliki sifat al-amin (terpercaya).  Beliau diberi gelar al-amin, karena beliau tidak pernah bohong.  Jujur adalah sifat yang mulia.  Siapapun di antara umat  yang meniru sifat mulia Nabi ini, jujur, amanah, tidak suka bohong dan lainnya, isnya Allah ia akan sukses.  Karena ketidakjujuran, menipu, dusta dll tidak ada yang suka.  Siapa sih di antara kita yang suka ditipu dan dibohongi?  Mana mungkin sebuah usaha bisnis, perdagangan atau lembaga pemerintahan bisa maju dan sukses  jika dikelola dengan cara tidak jujur.  Oleh karena itu, kita umat Islam di mana pun dan dalam posisi apapun, harus selalu bersifat jujur dan amanah.  Ketika kita harus menimbang, mengukur dan menakar, maka harus tepat sesuai takaran dan timbangannya;  jangan merekayasa dan mengurangi.

Kejujuran merupakan modal utama keberhasilan dakwah Rasulullah saw dalam membangun peradaban Islam, bahkan dalam segala hal.  Memang betapa mahal harga sebuah kejujuran, sehingga Rasulullah saw pernah berpesan dalam sabdanya :

“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, sedang kebaikan akan membawa kita masuk syurga;  dan seseorang yang terus menerus bersikap jujur dan selalu berusaha untuk jujur, maka di sisi Allah akan tercatat sebagai orang yang jujur.  Sebaliknya, hendaklah kalian menghindari sifat dusta/bohong/tidak jujur, karena dusta akan membawa kepada kemaksiatan;  sedang kemaksiatan akan membawa pelakunya masuk neraka; dan seseorang yang terus menerus berbuat bohong dan selalu berusaha untuk bohong, maka di sisi Allah ia akan dicatat sebagai pembohong”. (HR.Muslim).

Kenapa negara kita terpuruk?  Ya, karena tidak ada kejujuran dalam mengelola negara ini.  Yang banyak terjadi adalah sumpah palsu.  Bukankah semua pegawai negeri, pejabat dan pemimpin negeri ini, baik yang sipil maupun melliter sudah disumpah menurut agama masing-masing sebelum menjalankan tugas dan jabatannya?  Tapi sumpahnya hanya di bibir saja.  Demikian pula pengusaha dan konglomerat hitam yang bermain KKN dengan aparat dalam menjalankan bisnis dan usahanya.  Semuanya ini saling terkait yang mengakibatkan terpuruk dan hancurnya bangsa ini.

“Ikhlas beramal”  adalah salah satu slogan yang cukup akrab di telinga kita.  Tapi apakah kita bisa jamin seseorang benar-benar bisa ikhlas dalam beramal?  Kehidupan di era modern sekarang yang sudah dipormat dengan gaya kapitalis liberal, rasanya cukup sulit untuk mencapai derajat sufi yang satu ini.  Bahkan orang sering bilang: Hari gini, mana ada yang gratis.  Bisa jadi di bibir terucap ikhlas dengan gaji yang sudah ditetapkan, tapi buntutnya nilep dan korupsi.  Ini lebih menyeramkan, karena kejujuran telah tergadaikan oleh kemunafikan.  Oleh karenanya, komitmen kejujuran harus dijunjung tinggi bersama, baik di level negara, pemegang kekuasaan, pengusaha maupun masyarakat luas.  Bahkan kelanggengan dan keharmonisan sebuah rumah tangga pun sangat tergantung pada tingkat kejujuran dan keterbukaan dari kedua  belah pihak suami-isteri.

Kata siapa “jujur itu hancur”?  Itulah pameo yang sering terdengar di sekitar kita.  Meski pameo tersebut agak iseng, tapi kondisi bangsa kita memang tak jauh dari tiu.  Padahal, jika dicermati, maka sesungguhnya kata pameo tersebut hanya cocok bagi orang yang tamak alias rakus.  Cobalah kita lihat kembali sejarah kehidupan Nabi Muhamad saw sebelum jadi Nabi/Rasul.  Kejujuran beliau diakui oleh para musuhnya, sehingga mereka sendiri yang memberi gelar al-Amin (orang jujur) kepada beliau.  Siti Khadijah seorang pebisnis wanita yang maju dan sukses ketika itu, ia memilih dan melamar Nabi saw sebagai pendamping hidupnya, tidak lain karena faktor kejujuran beliau.  Jadi sangat tidak betul kalau disebut “jujur itu hancur” , Justru yang hancur pada akhirnya adalah ketidak jujuran.

Oleh karena itu, maka dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih,  kita semua harus berani  berkata yang benar, walaupun bagi sebagian orang memang terasa pahit.  Tetapi itulah seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw, bahwa katakanlah yang benar, berkatalah dengan jujur, walaupun akan terasa pahit.  Menjadi orang lurus, jujur dan benar memang akan menemui banyak tantangan dan rintangan seperti yang dialami para Nabi/Rasul serta para penegak kebenaran lainnya.  Namun walaupun resiko yang diterima adalah cemohan “sok suci”, pengucilan atau bahkan dipecat  dari jabatan dan pekerjaannya, tapi itu jauh lebih baik dan terhormat daripada memelihara kebusukan dan menjadi komoditas di balik kursi empuknya yang pada akhirnya terperosok dalam lingkaran kejahatan secara berjamaah.

Mudah-mudahan kita semua termasuk orang-orang yang berusaha dan memperoleh bimbingan dari Allah swt untuk menjadi orang-orang yang bersifat jujur, amanah dan konsisten dalam menjalankan syariat-Nya, amin!

Hubungi Kami

Pengadilan Tinggi Agama Ambon

Jl. Raya Kebun Cengkeh Batumerah Atas Ambon - 97128

Telp: (0911) 341171

Fax:  (0911) 355296

Website : www.pta-ambon.go.id

Email : This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.